Pilih Yang Mana?

3 September 2015

Setelah beberapa hari berada dijagoi ini, ada beberapa hal yang membuat saya berpikir tentang nasionalisme, sekedar pengenalan saja kalau kecamatan jagoi babang ini adalah kecamatan paling ujung utara dari kabupaten bengkayang yang berbatasan langsung dengan negara bagian serawak malaysia. Jagoi babang dapat ditempuh dengan berkendara perjalanan darat selama 2 jam dari ibukota kabupaten bengkayang sendiri. Sedangkan jalurnya merupakan salah satu jalur sutra trans ke serawak, hal tersebut membuat kecamatan ini memiliki karakteristik yang lebih dinamis, masayarakat jagoi sendiri dapat leluasa pergi ke serikin atau bau (red. Daerah Malaysia) sekedar untuk menjual barang hasil pertanian maupun hasil kerajinan khas jagoi berupa bidai dan tikar pandan yang memiliki motuf bermacam-macam.

Dikatakan oleh penduduk setempat jika orang luar daerah ingin menyebrang perbatasan, maka mereka memerlukan PLB (Paspor Lintas Batas) dari kantor imigrasi dan dari pos malaysia. Orang-orang jagoi biasanya menjual dagangan mereka ke serikin, biasanya pada hari minggu mereka menyebrang, penduduk setempat mengatakan banyak penjual dari indonesia pada saat tersebut. Maklum saja jarak yang jauh ke kabupaten sendiru membuat mereka tidak memiliki pilihan banyak untuk dapat menjual barang dagangan. Pasar terdekat ada di kecamatan seluas yang berjarak hampir 8 km dan terlihat tidak begitu ramai, maka untuk mendapatkan keuntungan lebih mereka lebih memilih pergi ke serikin.

Dampak dari hal tersebut adalah barang-barang yang ada di seputaran kawasan jagoi ini terlihat lebih "mencolok" dari pada di kota bengkayang, pontianak, maupun kota lain di jawa. Banyak barang-barang kebutuhan pokok disini merupakan hasil produk malaysia, berupa beras, minyak, gas LPG, dan lain sebagainya. Warga jagoi lebih memilih memasok kebutuhan hidup mereka dari malaysia karena lebih terjangkau dibanding dengan  produk-produk dalam negeri yang bermasalah pada transportasi yang cukup mahal, membuat barang kebutuhan pokok sulit bersaing dengan produk malaysia.

Beberapa istilah penyebutan kedaerahan lokal pun saya dengar dari warga sekitar, biasanya warga sekitar dari orang tua menyebut malaysia dengan "malay", sedangkan menyebut indonesia dengan " indon", keduanya selalu saya dengar ketika percakapan berlangsung, akan tetapi istilah tersebut jarang saya dengar ketika telah memasuki lingkungan sekolah. Hal lain yang saya dengar dari warga bahwa kebanyakan orang-orang serikin dan beberapa daerah di malaysia juga merupakan warga dayak, kebanyakan warga dayak iban yang berada di wilayah tersebut, sehingga secara fisik pun hampir tak ada perbedaan.

Percakapan warga dayak di sekitar jagoi pun dilakukan dengan bahasa dayak jika memang mengenal orang yang diajak bicara, karena bahasa dayak yang bermacam-macam bahkan berbeda tiap desa. Secara umum mereka menggunakan bahasa indonesia dengan logat khasnya.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Air Sumber Kehidupan

Sejauh Mata Memandang

Kehilangan