Rintik Hujan Yang Dirindu

27 Agustus 2015

Penempatan kami di jagoi babang, bengkayang bertepatan dengan musim kemarau, akses air di jagoi babang tepatnya di SMP 3 Jagoi babang ini cukup sulit, keran air bersih bantuan PNPM ada di 2 KM kearah utara dari sekolah. Untuk mengambil air kami perlu bantuan guru yang memiliki motor untuk menjangkaunya, air yang kami dapat digunakan untuk keperluan minum dan memasak saja, sedangkan untuk mandi dan mencuci, kami menggunakan air rembesan ( mata air ) dari bukit di belakang sekolah tepatnya dibalik semak-semak.

Sore itu nampak mendung, dan hujan pun turun. Hal pertama yang kami dengar adalah suara keceriaan dari anak-anak. Mereka menyambut sore itu dengan bersuka cita karena hujan turun cukup lebat. Anak-anak berlarian keluar dan akhirnya mereka bermain air dibawah guyuran hujan yang jatuh. Suara air yang jatuh seakan tersamarkan oleh canda dan tawa dari anak-anak yang menyambutnya. Mereka menggunakan momen itu untuk mandi dan bersih bersih sekolah, karena lingkungan sekolah yang masih tanah membuat lantai kelas jadi berlumuran lumpur. Lalu diambilnya pel oleh mereka dan secara bersama-sama bergotong royong membersihkan lantai kelas, momen seperti ini tidak akan pernah saya lihat dikota, karena siswa dikota cenderung untuk menyerahkan urusan bersih-bersih kepada tukang kebun yang dipekerjakan sekolah.

Air hujan sore itupun kami gunakan untuk menampung sebanyak-banyaknya air untuk kebutuhan sehari-hari. Seluruh ember yang kami punya disiapkan untuk menampung hujan sore itu. Hal unik lain yang digunakan di daerah ini adalah cara mengambil air hujan, mereka memanfaatkan talang rumah dan mengalirkannya melalui selang kedalam bak penampung air. Toko depan sekolah bahkan punya 3 tangki air besar untuk menampungnya, sedangkan disejolah sebenarnya ada 1 tangki cukup besar, namun talang air yang sebelumnya digunakan telah rusak, jadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

 Tak pernah saya merasakan hujan yang begitu menggembirakan seperti ini, mungkin masih banyak daerah lain yang lebih susah air, segala yang ada disini kami syukuri dengan sepenuh hati. Sekarang saya belajar untuk menggunakan air semaksimal mungkin. Mandi pun sekarang dengan air yang lebih sedikit dari pada biasanya yang bisa menghabiskan satu bak besar atau bahkan menyalakan keran secara berlebihan seperti dirumah. Sekarng saya belajar bagaimana mandi di danau kecil dekat sekolah yang airnya lumayan keruh dan terlaly kecil juga untuk disebut danau atau ke sendang kecil ditengah-tengah semak belakang sekolah, dengan menggunakan air yang ada secara maksimal, aky mulai terbiasa untuk tidak mandi di kamar mandi, hanya ada satu pilihan disini, yaitu mandi di tempat terbuka.

Air sebagai sumber kehidupan memanglah bukan isapan jempol belaka, mungkinkita busa tinggal dimanapun tempatnya, bisa gurun, hutan, dan padang rumput kita juga bisa makan berbagai bahan makanan yang ada, tapi kebutuhan air adalah yang utama.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Air Sumber Kehidupan

Sejauh Mata Memandang

Kehilangan