Sejauh Mata Memandang

11 September 2015

Beberapa hari terakhir pagi kami tak seperti biasanya, matahari nampak bersinar lebih redup, dibalik semburat putih dibelakang bukit sekolah. Suasana seperti ini selalu terjadi ketika musim kemarau berlangsung, adalah saat yang tepat bagi pemilik ladang maupun perusahaan besar untuk "bersih-bersih" ladang mereka. Penggunaan mesin atau alat berat tidak pernah menjadi pilihan utama, hanya mesin pemotong tangan yang menjadi pegangan atau andalan untuk membabat habis tanaman yang sudah mulai menua dan tidak produktif lagi.

Biasanya untuk tanaman sawit memiliki masa produksi selama 25 tahun, dan kebanyakan orang paling tidak punya 5 hektar lahan produksi, sehungga dapat dibayangkan jika terjadi "pembersihan" di daerah hutan produksi tersebut, dan berapa banyak asap yang dihasilkannya. Namun pemain besarlah yang paling banyak menyumbangkan asap didaerah ini dan asap yang menyelumuti daerah kami adalah asap kiriman, bisa dari sambas atau juga dari sanggau kapuas.

Asap yang merata memenuhi setiap senti udara telah merubah siang serasa pagi, membuat jarak pandang pun jadi lebih pendek, bahkan hanya sampai 50 meter. Pada siang hari suhu udara menjadi terasa lebih panas dibanding sebelumnya, kita dapat meluhat dengan jelas efek rumah kaca, disini jarang saya lihat langit nampak biru bersih karena tiap hari langit selalu nampak putih tak berujung. Daerah ini mungkin bukan satu-satunya karena masih banyak daeeah lain yang lebih parah terkena dampak kabut asap kiriman ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Air Sumber Kehidupan

Kehilangan